Headlines News :

BERITA BLOG

Total Tayangan Halaman

okabe.com

"Orang Kecil Berbicara"

TEMAN BLOGGING

    KOMENTAR DARI FACEBOOK

    www.facebook.com/suriadinata1

    Misteri Staff Khusus Presiden Bidang Pangan Yang Mengundurkan Diri

    Tulisan ini saya ambil (copypaste) dari Website Resmi DPD PKS Jepara yang dipublikasi tanggal 23 Juni 2013, tanpa mengedit sedikitpun, baik judul maupun isinya. Saya memandang bahwa info ini penting diketahui, walaupun tingkat kebenarannya perlu pula dipertanyakan. 
    -----------------------------------------------

    1. Eng ing eeng…kita bahas lagi tentang korupsi besar alias triliunan rupiah di Perum Bulog (badan urusan logistik).

    2. Modus korupsi di BULOG ini bermacam2. Mulai dari permainan harga dan kualitas beras impor, sampai korupsi di Raskin. Triliunan per tahun
    3. Mari kita urai dan bongkar satu per satu. Dimulai dari korupsi impor beras yg diduga melibatkan mantan staf khusus Presiden bidang Pangan
    4. Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi Prof Dr. Jusuf Gunawan Wangkar pada tanggal 14 Mei 2013 mendadak mengundurkan diri
    5. Alasan resmi pengunduran diri Jusuf Gunawan Wangkar ini secara resmi adalah karena mau fokus urus perusahaan keluarganya
    6. Namun, alasan yg sesungguhnya adalah JGW diduga terlibat dan otak dari berbagai kasus korupsi di sektor pangan termasuk impor pangan
    7. Pengunduran diri JGW sebagai staf khusus Presiden bidang pangan bertepatan dengan pemeriksaan Ketua DS PK Hilmi Aminuddin oleh KPK
    8. Tgl 14 Mei 2013, untuk pertama kalinya KPK undang dan periksa Hilmi Aminuddin. 3 hari sebelumnya Hilmi Bertemu dgn Presiden SBY
    9. Pada pertemuan tsb, ustad Hilmi secara blak2an menyampaikan semua informasi mengenai Mafia Pangan yg melibatkan Stafsus SBY dkk
    10. Menurut data Ust Hilmi, korupsi terbesar sektor pangan termasuk impor sapi/daging, otak pelakunya : Jusuf Gunawan Wangkar. SBY Shock !!
    11. Tidak hanya itu, Ustad Hilmi juga membongkar keterlibatan orang2 dalam istana /dekat Presiden SBY : KM, HH dan lain2. SBY makin Shock !!
    12. Selain JGW, nama2 mafia sektor pangan adalah Kasan atau Kusen dan Lidya yg jg adalah istri Jusuf Gunawan Wangkar. SBY hampir semaput !!
    13. Siapa itu Jusuf GW, Lidya dan Kasan kakak dari JGW ini? Mereka adalah sahabat karib SBY sejak SBY aktif di TNI. Pemasok catering di TNI
    14. Saat SBY jadi Panglima Pasukan Garuda di Bosnia (misi PBB) pun, JGW dan Kasan yg disebut2 sbg pengusaha pemasok makanan TNI di Bosnia
    15. Mundurnya JGW dari Stafsus SBY bid Pangan dapat diartikan sbg upaya utk tidak menyeret keterlibatan SBY dlm korupsi dan Mafia Pangan
    16. Dgn statusnya sbg Stafsus SBY bid Pangan, teman karib SBY selama puluhan tahun dst..Jusuf, Lidya, Kasan cs merambah kemana2. Ngeriii !
    17. Apalagi mereka dibantu penuh oleh orang2 dekat SBY, penghuni istana seperti KM & HH yg dikenal sbg tangan kanan Presiden SBY. Ngeriii !
    18. Hampir semua Kementerian dan Lembaga serta BUMN yg terkait Pangan menjadi sasaran korupsi mereka melalui proyek2 pengadaan pangan
    19. Jadi, kalau hanya kasus suap minta kuota impor daging sapi yg melibatkan LHI atau elit PKS, itu mah keciiiil banget. Ga sampai 5% nya !
    20. Praktek mafia dan korupsi yg mereka lakukan di berbagai K/L dan BUMN (SHS, BULOG, PERTANI, BERDIKARI dll) luar biasa besar. Triliunan !!
    21. Di BULOG misalnya, Jusuf Gunawan Wangkar dan Istrinya Lidya adalah otak korupsi impor beras RI. Tentu bersama2 Direksi Bulog
    22. Dirut BULOG Soetarto Alimoeso juga teman karib SBY. Teman SMA SBY. Klop deh sama Jusuf, Lidya, Kasan dll. Pesta pora korupsi triliunan
    23. Modus korupsi impor beras Bulog ini adalah dengan mewajibkan BULOG membeli beras impor dari perushaan milik JGW/Lidya di Vietnam sana
    24. Juga pembelian beras2 impor lainnya oleh Bulog, harus melalui perushaaan2 milik JGW, Lidya, Kasan cs di Vietnam, Thai, Myanmar dll
    25. Tentu saja harga beli BULOG tsb sdh dimark up oleh JGW cs. Direksi Bulog juga sdh tahu mark up tsb. Plus dgn fee US$ USD 10 – 36 / ton
    26. Direksi BULOG tidak ada yg berani melawan kehendak JUsuf, Lidya atau Kasan ini. Bakal dipecat kayak Sutono Dir PP BULOG yg mbalelo dulu
    27. Pada tgl 20 – 25 Jan 2011 yg lalu, Sutono (Dir PP BULOG) sedang berada di Vietnam utk realisasikan impor beras Indonesia dari Vietnam
    28. Tiba2 ada telpon masuk dari Istana yg perintahkan agar Sutono menerima/ menemui seorang wanita yg bernama Lidya, Sohib SBY. Sutono patuh
    29. Ketika bertemu dgn Sutono, Lidya langsung saja minta Sutono batalkan Schema Impor Beras yg sdh hampir final dan diubah dgn schema baru
    30. Tentu saja Sutono tdk bersedia penuhi keinginan Lidya yg ngaku2 sbg teman karib SBY selama puluhan tahun itu
    31. Lidya langsung sodorkan suap 1 koper penuh berisikan uang nominal USD 100 kepada Sutono. Sutono marah dan tolak mentah2.
    32. Sutono tetap laksanakan Schema Impor Beras sesuai dgn rencana semula. Lidya pun kecewa dan lapor ke Istana.
    33. Hanya dalam tempo 3 hari, tepatnya tgl 27 Januari 2011, Sutono yg baru pulang dari Vietnam, tiba2 dipecat ! Disodori SK Pemberhentian
    34. Sejak saat itu Sutono Direktur PP (pelayanan publik) Perum Bulog digantikan Agusdin Faried, boneka Dirut Soetarto Alimoeso. Mafia Menang
    35. Melalui pasangan suami istri Jusuf dan Lidya direksi BULOG diduga menerima fee US$ 10 – 36/ Ton beras. Belum termasuk mark up harga
    36. Belum termasuk fee dari operator kapal pengangkut beras impor yg US$ 1 -3 / Ton. Belum termasuk kerugian akibat rekayasa kualitas beras
    37. Tahun 2011 RI impor 2.75 juta ton beras. Kalikan US$ 10 per ton saja, maka didapat fee ke direksi BULOG = US$ 27.5 juta = Rp. 275 M !!
    38. Tahun 2011 RI impor beras 1.5 juta ton atau fee minimal ke direksi BULOG = US$ 15 juta atau Rp. 150 Milyar. Sedaaaaap hiks hiks !
    39. Cukup? TIDAK !! menurut info orang dalam BULOG, ada mark up atau selisih harga $US 15/ton. Kalikan saja dgn 2.75 juta + 1.5 juta
    40. Total mark up 4.25 juta ton x US$ 15/ ton = US$ 63.75 juta = Rp. 637.5 Milyar !!! Ini adalah kerugian negara MINIMAL. Banyak lagi !!



    Pilkades, Demokrasi Tertua Yang Ternodai

    Tanggal 30 Juni 2013 hari Minggu ada 33 desa di 17 kecamatan Kabupaten Karawang akan menyelenggarakan pemilihan kepala desa secara serempak. Hingar bingarnya sudah terasa. Alasannya, pada pilkades ini semua warga yang sudah dewasa di desa tersebut memiliki hak suara dan berhak menentukan pilihannya. Siapa kepala Desa yang diinginkannya. Ini adalah demokrasi tertua yang ada di negeri ini, dan menjadi warisan budaya yang tak boleh dispelekan.  Demokrasi langsung pilkades jauh lebih tua dibanding demokrasi langsung memilih Bupati, Walikota, Gubernur dan Presiden. 

    Persaingan antar calon kades untuk mendapatkan dukungan masyarakat kian semarak. Terlebih persaingan itu diekspresikan oleh perilaku para "kader", istilah yang umum digunakan untuk orang yang aktif mendukung salah satu calon  dengan mempengaruhi pemilih. Berbagai cara dilakukan, dari pendekatan hubungan saudara, tetangga dan pertalian-pertalian lainnya, sampai pada pemberian "kopi-gula", masak-masak (masak bersama) dan penyediaan makan untuk umum yang dibuka sepanjang hari di rumah calon. Malam harinya, biasanya keluarga calon harus menyediakan minuman, makanan ringan dan juga rokok buat para tamu yang datang berbondong-bondong, hanya untuk memperlihatkan dukungan pada calon yang didatanginya itu.Ini berjalan tiap malam.  Bisa dibayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk itu. Belum lagi, untuk sosialisasi, setiap calon membuat baliho berukuran besar dan poster-poster yang dipasang di seluruh pelosok desa.
    Sampai disini saya menganggap masih sangat wajar. Dan memang kondisi seperti itu sudah berjalan sejak awal ada pemilihan kepala desa.

    Money Politic
    Sudah tidak menjadi rahasia bahwa setiap calon berusaha memberikan sejumlah uang kepada calon pemilihnya saat akan berangkat ke TPS. Biasanya uang itu dibagi-bagi kepada calon pemilih yang daftar nama-namanya sudah ada di kader-kader. Jadi, sebelumnya, kader-kader itu membuat catatan yang berisi nama-nama calon pemilih yang dianggap akan mencoblos (memilih) calon yang didukungnya. Ada pula calon yang membagikan uang tanpa melihat apakah akan memilih dirinya atau bukan. Semua dibagi. Besarannya bervariasi, tergantung kemampuan keuangan sang calon. Jadi, bukan tidak mungkin seseorang calon pemilih bisa mendapatkan uang tersebut bukan hanya dari satu calon, bisa jadi dari semua calon, tergantung kepandaian berkamuplase.
    Hal seperti ini saya tidak bisa mengatakan secara tegas apakah bisa dikatakan money politik atau bukan. 

    Peran Penjudi.
    Disinyalir, kemenangan seorang calon kades dapat pula dipengaruhi oleh para penjudi. Modusnya ? Dari berbagai informasi diketahui bahwa jauh-jauh hari, para penjudi sudah melakukan pengecekan ke pelosok-pelosok desa, semacam survey lapangan. Itu dilakukan berbulan-bulan. Tujuannya untuk mendpatkan angka-angka jumlah pendukung dari tiap-tiap calon. Setelah angka hasil survey didapat, mereka sudah memiliki data perkiraan siapa yang akan menang. Hasil survey ini tidak sembarangan bisa dibuka (diberitahukan) kepada setiap orang. Alasannya, data itu digunakan untuk membuat posisi judi, agar bisa mendapatkan lawan dengan taruhan berjuta-juta bahkan beratus-ratus juta. Dan bila ada pihak yang menginginkanpun harus membayarnya dengan mahal.Bila info angka terlanjur terbuka maka mereka akan "memainkan" angka, dengan berupaya mengeluarkan uang untuk dibagi-bagikan kepada calon pemilih agar mau mengubah pilihan mereka dari calon yang akan mendapat angka tertinggi kepada calon yang diperkirakan mendapat dukungan terbanyak dua, atau lainnya. Tujuannya, tentu bukan semata-mata mendukung calon, tapi posisi judi agar mendapatkan lawan judi dengan taruhan uang yang lebih besar lagi.
    Terlepas dari kebenaran analisa tadi, yang jelas masyarakat pemilih masih sangat sangat rentan terpengaruh oleh besaran pemberian uang untuk menentukan pilihannya.

    Sayang demokrasi tertua di negeri ini ternodai,  terkontaminasi oleh gejala"fulusisme". 


     
    Support : YPK | JKR | JKR
    Copyright © 2010 okabe.com - All Rights Reserved
    JOKER JOKER Published by JOKER
    Proudly powered by POSTING